AMANAT SEORANG AYAH

                                                                Karya Maysifa Nazwa Zalia

Seorang ayah yang memberikan nasihat pada anaknya

Sore itu semua keluarga berkumpul di teras depan rumah Pak Edi sambil bercanda gurau. Pak Edi, istri, dan ke empat anaknya, sedang menikmati suasana sore hari yang sejuk. Dengan angin sepoi-sepoi, langit mendung, suara gemericik air dari arah kolam ikan.

“Bu besok kalau Vivi sudah lulus biar dia melanjutkan kuliah di universitas terbaik yang ada di Surabaya.

“Ah pak, Vivi kan baru kelas 12 SMA nanti saja kita pikirkan.” jawab istri Pak Edi.

“Selagi kita berkumpul biar mereka semua tahu apa keinginan bapak”.

“Memang apa rencana bapak untuk anak kita?” tanya Bu Retno kepada suaminya.

“Kalau Vivi lulus dari SMA dia lanjutkan ke universitas di Kota Surabaya, untuk Nisa yang masih kelas 9 SMP biar dia lanjut ke pesantren, untuk Roy juga besok ke pesantren sedangkan untuk Rahma biar dia sekolah di sini saja agar ibu ada yang menemani dan menjaga.” Mereka sontak kaget dengan perkataan Pak Edi.

Mereka serentak bertanya, “Memang bapak mau ke mana?”.

“Bapak hanya ingin masa depan anak  bapak lebih baik dari pada bapak”.

“Oh begitu ya pak, Amin.” jawab Vivi dan Nisa.

Jam menunjukkan pukul 17.30, semua keluarga Pak Edi bersiap siap untuk melaksanakan Shalat Maghrib.

“Roy Sini kamu jadi imam!” kata bapak.

“Kenapa Roy yang jadi imam pak?, kan masih ada bapak” ucap Roy.

“Bapak ingin Roy tahu bahwa suatu saat nanti Roy juga jadi seorang imam.” kata Pak Edi sambil tersenyum pada anak laki-lakinya.

“Iya pak!” jawab Roy.

Akhirnya mereka Shalat Maghrib berjamaah dipimpin oleh Roy. Setelah selesai shalat Pak Edi, istri beserta keempat anaknya lanjut membaca Al-Qur’an.

“Assalamualaikum, tok tok tok.” terdengar suara dari arah pintu depan.

Segera Nisa melepas mukenanya dan membukakan pintu “Waalaikumsalam, oh Pak Yusuf ada apa pak?” tanya Nisa.

“Apa Pak Edi ada di rumah?” tanya Pak Yusuf kepada Nisa.  

“Oh ada pak!” jawab Nisa sambil mempersilahkan Pak Yusuf untuk masuk.

Nisa bergegas menuju tempat Pak Edi membaca Al-Qur’an.

“Pak ada Pak Yusuf!” Ucap Nisa.

“Ya, tunggu sebentar!” kata Pak Edi sambil mengakhiri bacaan Al-Qur’annya.

Langkah demi langkah Pak Edi menuju ke ruang tamu untuk menemui Pak Yusuf.

“ada apa pak?” Tanya Pak Edi.

“Oh ya bapak dapat amanat dari Pak Rohmad, bahwa besok pagi Pak Edi lah yang harus memimpin istigasah di sekolah, karna Pak Rohmad sedang sakit”.

“Oh iya pak, saya siap.” jawab Pak Edi.

(Pak Edi adalah salah satu guru agama di Sekolah Yayasan Ma’arif)

Setelah perbincangan dengan Pak Yusuf, Pak Edi melanjutkan Shalat Isya’ berjamaah bersama keluarganya. Setelah selesai shalat mereka semua pergi belajar. Terdengar suara Pak Edi yang kesakitan.

“Bu...Bu...Bu...!” panggil Pak Edi.

“Ada apa pak?” jawab istrinya.

“Dada bapak kok tiba-tiba sakit ya bu.” ucap Pak Edi sambil memegang dadanya.

“Coba ibu kasih minyak urut siapa tahu nanti agak reda sakitnya”.

Semakin malam semakin dingin dada Pak Edi semakin sesak dan sakit. Tampak Vivi yang ketakutan melihat ayahnya sedang kesakitan. Terdengar dari luar suara sepeda motor menyala.

“Roy...Roy...Roy!” panggil Vivi. “Tolong bapak Roy, bapak sedang kesakitan. Ayo kita bawa ke rumah sakit!” pinta Vivi kepada Roy.

Roy dan kedua saudaranya membopong bapak agar bapak bisa naik ke sepeda motor. Sampai di Rumah sakit, Roy memanggil perawat agar Pak Edi segera mendapat pertolongan. Perawat segera membawa Pak Edi ke ruang UGD, di sana hanya Pak Edi yang masuk. Beberapa saat kemudian pintu UGD terbuka, Vivi dan Roy berlari.

“Gimana keadaan bapak saya dok?”

Dokter dengan wajah sedih menjawab, “Maafkan dokter tidak bisa menolong bapak kalian”.

Vivi dan Roy tidak percaya kalau ayahnya pergi meninggalkan keluarga meraka secepat itu. Vivi dengan air mata  yang terus mengalir, mengabari ibu dan adiknya, bahwa ayahnya sudah meninggalkan mereka semua. Bu Retno pingsan mendengar berita itu, tidak percaya bahwa suaminya meninggalkan keluarganya secepat itu.

Hari demi hari dilalui Bu Retno dengan sabar dan ikhlas, karna ini rencana baik Allah. Dalam hati Bu Retno ia juga harus mewujudkan keinginan terakhir suaminya yang mengharapkan anak pertamanya bisa melanjutkan sekolahnya di universitas terbaik di Surabaya, anak yang kedua dan ketiga bisa masuk ke pondok pesantren, dan anak yang terakhir tetap bersekolah dekat mereka tinggal. Bu Retno selalu berusaha mencukupi kebutuhan keluarganya dengan membuka usaha laundry dan setrika. Karna Pak Edi hanya guru honorer jadi tidak dapat uang tunjangan pensiun.

Alhamdulillah Vivi mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya dan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke universitas. Sedangkan Nisa dan Roy harus masuk ke pesantren sesuai keinginan almarhum ayahnya. Vivi berusaha mencari kerja sampingan, yang tidak harus meninggalkan kuliahnya untuk biaya dia tinggal di kos dan tidak membebani ibunya lagi. Rahma yang masih di rumah menemani ibunya, membantu menjalankan usaha laundry dan setrika.

“Alhamdulillah, semua amanat bapak sudah ibu lakukan. Semoga bapak tenang di alam sana.” nafas Bu Retno lega karna amanat suaminya sudah dilaksanakan.

Datang seorang tamu laki-laki yang tak di kenal, dia mengatakan ingin membantu Bu Retno membiayai anak nya sekolah. Dulu laki-laki itu pernah di tolong Pak Edi, sekarang dia ingin membalas jasa kebaikan Pak Edi. Tamu itu ingin membantu membiayai sekolah Roy dan Nisa. Mendengar berita tersebut Bu Retno sangat bersyukur.

Sedangkan Vivi masih belum mendapatkan pekerjaan. Sehabis pulang dari kuliah, dia masih berusaha mencari kerja paruh waktu tapi belum ada yang menerima nya. Saat melewati sebuah warung, muncul ide Vivi untuk berjualan rempeyek. Dia membeli semua bahan nya dan mulai membuat. Pada saat awal berjualan Vivi membuat 20 bungkus rempeyek yang ia jual dengan harga 2000 rupiah per bungkus. Tak disangka, teman-teman Vivi banyak yang suka di samping harga terjangkau rasa nya pun enak.

Setiap mau berangkat kuliah Vivi tidak lupa bawa rempeyek nya untuk di jual di pasar. Alhamdulillah hasil penjualan rempeyek bisa untuk biaya selama dia tinggal di kos. Suatu ketika saat akan mengantar rempeyek, Vivi melihat tas yang bagus. Dalam hatinya ia ingin sekali mengganti tasnya yang kusam dengan tas yang baru. Vivi mengambil uang dari dalam tas. Namun dalam tasnya hanya ada uang 140 ribu sedangkan harga tas tersebut 200 ribu. Akhirnya, dia membatalkan niatnya untuk membeli tas tersebut. Dia berpikir tas nya masih layak di pakai meskipun jauh dari kata bagus. Hari demi hari hasil jualan rempeyeknya semakin meningkat. Ia juga menyisihkan labanya untuk memberi ibunya uang. Vivi juga tidak pernah malu meskipun di tempatnya kuliah dia termasuk salah satu mahasiswi terbaik, dia tetap berjualan rempeyek agar tidak membebani ibunya.

Dia berusaha menjadi gadis tegar dan mandiri yang bisa membantu ibu dan adiknya. Kini Vivi sudah mendapat gelar Sarjana dan bekerja di salah satu perusahaan. Gaji yang didapatnya lebih dari cukup untuk biaya keluarganya. Bu Retno sangat bersyukur bahwa anak nya sekarang sudah sukses seperti apa yang di inginkan Suaminya. Roy dan Nisa juga menjadi murid teladan di pondok pesantrennya. Sedangkan Rahma juga selalu berprestasi di kelasnya. Kini kehidupan Bu Retno jauh lebih baik dan bahagia. TAMAT

Amanat yang dapat diambil dari cerita tersebut:

1.      Manusia tidak akan tahu kapan mereka mati, Hanya Allah lah yang tahu. Allah SWT bersabda pada QS. Al An’am ayat ke 2:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضٰٓى اَجَلًا ۗوَاَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ اَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ                                                         

Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya.” [QS. Al An’am:6]

2.      Rencana Allah itu lebih indah dari pada rencana manusia. Allah SWT bersabda pada QS. Al Baqarah ayat 216:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. Al Baqarah: 216]

3.      Saat kita mengalami kesulitan Allah akan memberi kemudahan. Allah SWT bersabda pada QS Al Insyirah ayat 6:

اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا                                                                                                     

Artinya:  “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan”.[QS. Al Insyirah:6]

 

 

 

 


5 komentar untuk "AMANAT SEORANG AYAH"

Posting Komentar