TIDAK MELARANG BERTEMAN, TAPI BIMBING DAN AWASI

Ketika merasa lingkungan pertemanan anak kurang baik, jangan langsung melarang anak menjauh. Cukup awasi dan arahkan agar tidak terpengaruh pergaulan buruk. Buat anak lebih terbuka dengan membangun komunikasi dua arah.

Anak usia remaja cenderung mendengar teman dibandingkan orang tua. Mereka merasa lebih relate bercerita dengan teman sebaya daripada orang dewasa. Apalagi jika saat masih kecil kurang didengar dan diapresiasi ortu. Begitu dewasa, anak akan sulit terbuka.

"Saat remaja memang lagi senang-senangnya dapat support dari teman. Anak bisa saja terbuka sama ortu asal ketika bercerita respons yang didapat berupa penghargaan, bukan hanya nasihat,"ujar Ni Made Pradnya Amadeandra Kusuma MPsi Psikolog.
Ilustrasi_pendidikan yang tepat akan berdampak pada perkembangan anak

Karena itu, penting sekali untuk ortu mengetahui siapa saja teman anak. Dengan begitu, ortu bisa mengenal lingkungan pertemanan anak remajanya. Saat merasa kurang senang dengan pergaulan anak, sebaiknya tidak langsung melarang berteman. Apalagi memberikan penilaian sepihak.

"Tetap tidak boleh melewati privasi anak. Jadi, tidak melarang tapi membimbing dan mengawasi pertemanan anak seperti apa,"tegas Psikolog di Biro Psikologi Pradnyagama Denpasar dan UPTD PPA Denpasar itu.

Lebih baik, lanjut dia, ortu membangun diskusi terbuka dengan anak. Ortu juga boleh menyampaikan kekhawatirannya. Dengarkan sudut pandang anak sebelum memberikan judgement. 

"Bisa saja si teman anak ini merokok atau penampilannya kurang baik, tapi dibalik itu ada value lain, misal setia kawan atau suka membantu. Jadi, dengarkan dulu alasan anak mau berteman," tutur Deandra, sapaan akrabnya.

Ortu yang telah memberikan bekal moral sejak kecil sebetulnya tidak perlu khawatir anak akan terbawa pengaruh buruk pertemanannya. Sebab, anak bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuknya. "Misal, si teman ini suka berkata kasar. Ortu bisa ajak anak diskusi, menurutmu bicara seperti itu di depan orang sopan tidak? Yang seperti itu perlu dicontoh tidak? Jadi mengajari anak decision making juga,"jelasnya.

Beberapa anak mungkin menceritakan, bahkan mengenalkan, teman-temannya langsung kepada ortu. Namun, ada yang tidak demikian. Akan lebih baik jika ortu mengetahui circle pertemanan anak dari sang anak sendiri. Bukan dari orang lain, apalagi secara diam-diam mengecek ponsel atau media sosial anak.

"Supaya anak merasa dipercaya, oh mama papa percaya loh sama aku. Dengan begitu,anak akan lebih terbuka,"imbuh psikologi di UPTD PPA Denpasar itu.

Deandra menyebutkan, komunikasi dua arah mempererat bonding antara ortu dan anak. Biasakan mengajak anak ngobrol sejak bayi. Di usia 3 - 4 tahun anak sudah bisa diajak bercerita ringan. Meluangkan waktu untuk ngobrol dengan anak selama 5 - 10 menit akan membuat anak lebih terbuka.

"Bisa pas sarapan, makan siang, atau waktu makan malam. Tanyakan bagaimana harinya di sekolah, senang tidak, main dengan siapa saja. Jadi, ortu tahu kondisi anak seperti apa, siapa saja temannya,"tambahnya.

Ortu juga perlu belajar mendengarkan. Seringkali ortu malah menggurui karena merasa lebih dewasa dan banyak pengalaman. Padahal, anak hanya ingin didengarkan saat bercerita, tidak meminta nasihat. "Lebih baik membantu anak memecahkan masalah dengan memberi pilihan atau alternatif solusi. Boleh juga untuk memvalidasi perasaan anak,"tandas Deandra.

Tidak ada komentar untuk "TIDAK MELARANG BERTEMAN, TAPI BIMBING DAN AWASI"